Rusia Hadapi Krisis Demografi, Populasi Menua dan Menyusut



photo

Moskow, 29 Oktober 2025 - Selama seperempat abad masa kepemimpinannya, Presiden Vladimir Putin terus menghadapi masalah serius berupa populasi Rusia yang menyusut dan menua. Masalah demografi ini, yang disebut Putin masih “menghantui” negara, kini diperparah oleh ketidakpastian keuangan, perang di Ukraina, dan eksodus pemuda

Pada hari Kamis lalu, Putin kembali menekankan bahwa peningkatan angka kelahiran adalah hal yang “penting” bagi Rusia. Sejak lama, ia telah meluncurkan berbagai inisiatif, mulai dari makanan sekolah gratis untuk keluarga besar hingga menghidupkan kembali medali “ibu pahlawan” era Soviet bagi wanita dengan 10 anak atau lebih, untuk mendorong keluarga memiliki lebih banyak anak

“Banyak nenek dan buyut kita memiliki tujuh, delapan, atau bahkan lebih anak. Mari kita lestarikan dan hidupkan kembali tradisi-tradisi indah ini. Memiliki banyak anak dan keluarga besar harus menjadi norma,” kata Putin pada tahun 2023

Pada awalnya, angka kelahiran Rusia sempat tumbuh, mencapai puncaknya pada 1,94 juta bayi pada tahun 2015. Namun, capaian itu runtuh. Populasi Rusia kini telah menurun dari 147,6 juta jiwa pada tahun 1990 menjadi 146,1 juta jiwa tahun ini (termasuk populasi Krimea)

Angka kelahiran tahun lalu hanya 1,22 juta, sedikit di atas titik terendah tahun 1999. Demografer bahkan melaporkan bahwa jumlah kelahiran pada Februari 2025 adalah angka bulanan terendah dalam lebih dari dua abad

Selain menyusut, populasi Rusia juga menua. Jumlah penduduk berusia 55 tahun ke atas meningkat dari 21,1 persen pada tahun 1990 menjadi 30% pada tahun 2024.

Dalam upaya mengatasi kemunduran ini, Kremlin merangkul apa yang disebutnya “nilai-nilai keluarga tradisional” dengan memberlakukan undang-undang yang melarang promosi aborsi, “ideologi tanpa anak,” dan melarang semua aktivisme LGBTQ+. Para pejabat meyakini nilai-nilai ini adalah “tongkat ajaib” untuk memecahkan masalah demografi. Namun, para kritikus melihat langkah-langkah ini sebagai bentuk penindasan yang hanya akan membahayakan kesehatan perempuan.

Menurut Jenny Mathers dari Universitas Aberystwyth, masalah ini semakin rumit oleh sejarah demografi Rusia yang kelam, termasuk 27 juta korban tewas dalam Perang Dunia II, yang mengurangi jumlah pria secara drastis, serta krisis ekonomi pasca-runtuhnya Uni Soviet

Saat ini, perang di Ukraina dan eksodus besar-besaran pemuda telah mengurangi “jumlah calon ayah… di tengah jumlah calon ibu yang juga berkurang,” kata Mathers. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi Putin, yang telah lama mengaitkan populasi dengan keamanan nasional.

Meskipun tingkat kesuburan Rusia telah turun menjadi 1,4 -jauh di bawah tingkat penggantian populasi 2,1- pemerintah terus mendorong kebijakan pro-keluarga. Namun, janji imbalan finansial tidak cukup untuk mengatasi kurangnya stabilitas di masa depan

“Ketika orang-orang tidak yakin dengan prospek mereka, itu bukanlah waktu yang tepat untuk memiliki anak,” kata Mathers. “Perang besar yang tidak memiliki akhir tidak benar-benar mendorong orang untuk berpikir positif tentang masa depan.”

sumber: abc News

Get In Touch

Jl Pahlawan No 7, Surabaya

gmail : vnncitra@gmail.com

Follow Us

© oposisi.co. All Rights Reserved.